Selasa, 03 November 2015

PERNIKAHAN DALAM ISLAM DAN RUMAH TANGGA ISLAMI

Istri yang paling baik adalah yang membahagiakanmu, saat kamu memandangnya, yang mematuhimu kala kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya dan dirimu bila kamu tidak ada disisinya. Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, ada beberapa orang sahabat menemui Aisyah memintanya agar menceritakan perilaku Rasulullah. Aisyah sesaat tidak menjawab permintaan itu. Air matanya berderai, kemudian dengan nafas panjang ia berkata: “Kaana Kullu Amrihi Ajaba” [Aah…semua perilakunya indah].

Allah berfirman: “Diantara tanda-tanda keangungan Allah, ialah Dia ciptakan bagimu, dari jenis-jenismu sendiri, pasangan-pasangannya. Supaya kamu hidup tentram bersamanya, dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mau berfikir”. [QS 30 : 21]

Ayat ini ditempatkan Allah pada rangkaian ayat tentang tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Tentang tegaknya langit, terhamparnya bumi, gemuruh halilintar dann keajaiban penciptaan manusia. Dengan ayat ini Dia ingin mengajarkan kepada kita betapa Dia dengan sengaja menciptakan kekasih yang menjadi pasangan hidup manusia yang bersedia berdiri dengan setia disamping kita, yang mau mendengar bukan saja kata-kata yang diucapkan, melainkan juga jeritan hati yang tidak terungkapkan, yang mau menerima perasaan tanpa pura-pura, prasangka dan pamrih, yang mampu meniupkan kedamaian, mengobati luka, menopang tubuh lemah dan memperkuat hati.

Allah menetapkan suatu ikatan suci, yaitu Akad Nikah, agar hubungan antara pecinta dan kekasihnya itu menyuburkan ketentraman, cinta dan kasih sayang. Dengan dua kalimat yang sederhana “Ijab dan Qabul” terjadilah perubahan besar: yang haram menjadi halal, yang maksiat menjadi ibadat, kekejian menjadi kesucian, dan kebebasan menjadi tanggung jawab. Maka nafsu pun berubah menjadi cinta dan kasih sayang.

Begitu besarnya perubahan ini sehingga Al Qur’an menyebut Akad Nikah sebagai Mitsaqon Ghalidon [perjanjian yang berat]. Hanya 3 kali kata ini disebut dalam Al Qur’an. Pertama, ketika Allah membuat perjanjian dengan Nabi dan Rasul Ulul ‘Azmi [QS 33 : 7]. Kedua, ketika Allah mengangkat bukit Tsur diatas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia di hadapan Allah [QS 4 : 154]. Dan Ketiga, ketika Allah menyatakan hubungan pernikahan [QS 4 : 21].

Peristiwa Akad Nikah bukanlah peristiwa kecil di hadapan Allah. Akad Nikah tidak saja disaksikan oleh kedua orang tuanya, saudara dan sahabat-sahabat tetapi juga disaksikan oleh para malaikat di langit yang tinggi dan terutama sekali disaksikan oleh Allah Rabbul Izzati [Penguasa Alam Semesta]. Maka apabila kamu sia-siakan perjanjian ini, ikatan yang sudah terbuhul, janji yang terpatri, kamu bukan hanya harus bertanggung jawab kepada mereka yang hadir, tetapi juga dihadapan Allah Rabbul Alamin.

“Laki-laki adalah pemimpin di tengah keluarganya, dan ia harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya. Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya.” [HR Bukhori dan Muslim]

“Yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik dan lembut terhadap keluarganya”. [HR Bukhari]

Seorang isteri boleh memberi apa saja yang ia miliki. Tetapi, bagi seorang suami, tidak ada pemberian isteri yang paling membahagiakan selain hati yang selalu siap berbagi kesenangan dan penderitaan. Di luar rumah, sang suami boleh jadi diguncangkan oleh berbagai kesulitan, ia menemukan wajah-wajah tegar, mata-mata tajam, ucapan-ucapan kasar, dan pergumulan hidup yang berat. Ia ingin ketika pulang ke rumah, disitu ditemukan wajah yang ceria, mata yang sejuk, ucapan yang lembut dam berlindung dalam keteduhan kasih sayang sang isteri [seperti cerita puteri salju-nya Anderson]. Ia ingin mencairkan seluruh beban jiwanya dengan kehangatan air mata yang terbit dari samudera kasih sayang sang isteri.

Rasulullah bersabda: “Isteri yang terbaik adalah isteri yang, membahagiakanmu saat kamu memandangnya, yang mematuhimu kalau kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya san hartamu bila kamu tidak ada disisinya.”

Rasulullah bersabda bahwa surga terletak dibawah kaki kaum Ibu. Maka apakah rumah tangga yang dibangun hari ini akan menjadi surga atau neraka, tergantung pada sang ibu rumah tangga. Rumah tangga akan menjadi surga apabila disitu dihiaskan kesabaran, kesetiaan dan kesucian.

Allah SWT berfirman: “Wahai wanita, ingatlah ayat-ayat Allah dan hikmah yang dibacakan di rumah-rumah kamu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.” [QS 33 : 34]

Suatu saat, kelak bila perahu rumah tangga bertubrukan dengan kerikil tajam, bila impian remaja menjadi kenyataan yang pahit, bila bukit-bukit harapan diguncangkan gempa cobaan, tetaplah teguh disamping sang suami, tetaplah tersenyum walau langit semakin mendung.

Rasulullah SAW adalah manusia paling mulia. Dan Aisyah, ia bercerita bagaimana Rasulullah SAW memuliakannya: “Di rumah, kata Aisyah, “Rasulullah melayani keperluan isterinya, memasak, menyapu lantai, memerah sesu dan memebrsihkan pakaian. Dia memanggil isterinya dengan gelaran yang baik”.

Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, ada bebarapa orang sahabat menemui Aisyah, memintanya agar menceritakan perilaku Rasulullah SAW. Aisyah sesaat tidak menjawab pertanyaan itu. Air matanya berderai kemudian dengan naafas panjang ia berkata: “Kaana Kullu Amrihi Ajaba…” [Ah…semua perilakunya indah]. Ketika didesak untuk menceritakan perilaku Rasul yang paling mempesona, Aisyah kemudian menceritakan bagaimana Rasul yang mulia di tengah malam bangun dan meminta ijin kepada Aisyah untuk shalat malam “Ijinkan aku beribadah kepada Rabb-ku” ujar Rasulullah SAW kepada Aisyah.

Rasulullah bersabda: "Seandainya aku boleh memerintahkan kepada manusia bersujud kepada manusia lain, aku akan perintahkan para isteri untuk bersujud kepada suami mereka karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas mereka.” [HR. Tirmidzi]

Banyak isteri yang menuntut agar suaminya membahagiakan mereka. Jarang terpikir oleh mereka bagaimana membahagiakan suami. Padahal cinta dan kasih sayang akan tumbuh dan subur dalam suasana “memberi” bukan “mengambil”. Cinta adalah “sharing” saling membagi. Cinta tidak akan diperoleh kalau yang ditebarkan adalah kebencian. Kasih sayang tidak akan dapat diraih bila yang disuburkan adalah dendam dan kekecewaan.

Marie von Ebner Eschebach berkata: “Bila di dunia ini ada surga, surga itu adalah pernikahan yang bahagia tetapi bila di dunia ini ada neraka, neraka adalah pernikahan yang gagal”. Karena itulah Islam dengan penuh perhatian mengatur urusan rumah tangga. Ribuan tahun yang silam, di Padang Arafah, saat haji wada’ Rasulullah menyampaikan khotbah perpisahannya & perhatikan apa yang diwasiatkannya pada waktu itu, “Wahai manusia, takutlah kepada Allah dalam urusan wanita, Sesungguhnya kamu telah mengambil mereka sebagai isteri dengan amanat Allah. Dia halal-kan kehormatan mereka dengan kalimat-Nya. Sesungguhnya kamu mempunyai hak atas isterimu, dan isterimupun berhak atas kamu. Ketahuilah aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap isteri kalian. Mereka adalah penolong kalian. Mereka tidak memilih apa-apa untuk dirinya dan kamupun tidak memilih apa-apa dari diri mereka selain dari itu. Jika mereka patuh kepadamu, janganlah kamu berbuat aniaya kepada mereka”. [HR. Muslim dan Turmudzi]

Rasulullah bersabda: “Ada dua dosa yang akan didahulukan Allah siksanya di dunia ini juga, yaitu: Al-bagyu dan durhaka kepada orang tua”. [HR. Turmudzi, Bukhari dan Thabrani] Al-bagyu adalah berbuat sewenang-wenang, berbuat dzalim/aniaya terhadap orang lain. Al-bagyu yang paling dimurkai Allah adalah berbuat dzalim kepada isteri sendiri, yaitu menelantarkan isteri, menyakiti hatinya, merampas kehangatan cintanya, merendahkan kehormatannya, mengabaikan dalam mengambil keputusan, dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama-sama.

Karena itulah Rasulullah mengukur tinggi rendahnya martabat seorang laki-laki dari cara ia bergaul dengan isterinya, Nabi yang mulia bersabda: “Tidak akan memuliakan wanita kecualli laki-laki yang mulia, dan tidak akan merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah pula”. Pada saat perahu rumah tangga bertubrukan dengan kerikil tajam, impian remaja telah berganti menjadi kenyataan yang pahit, dan bukti-bukti harapan diguncangkan gempa cobaan, tidak ada yang paling menyejukkan sang suami selain pemandangan yang mengharukan. Ia bangun di malam hari, di dapatinya sang isteri tidak ada di sampingnya. Tetapi, kemudian ia dengar suara yang sangat dikenalnya.

Diatas sajadah, diatas lantai yang dingin, ia menyaksikan seorang wanita bersujud. Suaranya bergetar. Ia memohon agar Allah menganugerahkan pertolongan bagi suaminya. Pada saat seperti itu sang suami akan mengangkat tangannya ke langit dan bersamaan tetes-tetes air matanya ia berdoa: “Ya Allah, karuniakan kepada kami isteri dan keturunan yang menentramkan hati kami, dan jadikanlah kami penghulu orang-orang yang bertaqwa”.

Suatu saat Aisyah ra bercerita lama, setelah meninggalnya Khadijah ra. “Hampir setiap kali Rasulullah akan keluar rumah, beliau meyebutkan nama Khadijah seraya memujinya. Sehingga pada suatu hari ketika beliau menyebutkan lagi, timbul rasa cemburuku dan kukatakan kepadanya, “Bukankah ia hanya seorang wanita yang sudah tua, sedangkan Allah telah memberi pengganti yang lebih baik dari dia?” Mendengar itu Rasulullah kelihatan sangat marah, sehingga bagian depan rambutnya bergetar karenanya.

Lalu ia berkata, “Tidak demi Allah! Aku tidak mendapat pengganti yang lebih baik dari dia…! Dia beriman kepadaku ketika orang lainn mendustakanku. Dia membantu dengan hartaku ketika tak seorangpun selain dia memberiku sesuatu dan Allah telah menganugerahkan keturunan daripadanya dan tidak dari isteri-isteriku yang lain” [Al Hadits]

“Bila seorang wanita meninggal dunia, dan suaminya ridho sekali dengan tingkah lakunya semasa hidupnya, maka wanita itu masuk surga”. [HR. Turmudzi dan Ibnu Majah]

Ya Allah… Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan cinta hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru [di jalan]-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu maka kuatkanlah ikatan pertaliannya.

Ya Allah… Abadikan kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amin.

Dan semoga shalawat seta salam selalu tercurah kepada Mudammad SAW, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya.

Ya Allah… Hari ini dua hamba-Mu yang dhaif mematri janji di hadapan kebesaran-Mu. Kami tahu tidak mudah untuk memelihara ikatan suci ini dalam naungan ridha dan maghfirah-Mu. Kami tahu, amat berat bagi kami untuk mengayuh perahu rumah tangga kami menghadapi taufan godaan di hadapan kami. Karena itulah, kami datang memohon rahman dan rahim-Mu. Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang lebih Engkau anugerahi kenikmatan, bukan-nya jalan orang-orang yang Engkau timpai kemurkaan, bukan pula jalan orang-orang yang Engkau tenggelam dalam kesesatan. Sinarilah hati kami dengan cahaya petunjuk-Mu. Terangilah jalan kami dengan sinar taufik-Mu.

Kalau Engkau berkenan menganugerahkan nikmat-Mu atas kami, bantulah kami untuk banyak berdzikir dan bersyukur atas nikmat-Mu itu. Hindari kami dari orang-orang yang terlena dalam kemewahan dunia. Lembutkan hati kami untuk merasakan curahan rahmat-Mu. Ya Allah… Indahkanlah rumah kami dengan kalimat-kalimat-Mu yang suci. Suburkanlah kami dengan keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi kami dengan amal shaleh yang Engkau ridhai. Jadikan mereka

Yaa…Allah teladan yang baik bagi manusia. YaAllah… Damaikanlah pertengkaran di antara kami, pertautkan hati kami, dan tunjukkan kepada kami jalan-jalan keselamatan. Selamatkan kami dari kegelapan kepada cahaya. Jauhkan kami dari kejelekan yang tampak dan tersembunyi.

Ya Allah… Berkatilah pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, suami/isteri kami, keturunan kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Amiin…

Selasa, 20 Oktober 2015

Bringing chemistry to life

Michael Boyce & Carolyn R Bertozzi Bioorthogonal

Chemistry allows a wide variety of biomolecules to be specifically labeled and probed in living cells and whole organisms. Here we discuss the history of bioorthogonal reactions and some of the most interesting and important advances in the field.

Since the galvanic rediscovery of Gregor Mendel’s work over a century ago, the modern biosciences have made astounding advances in our mechanistic understanding of living systems. Genetics, biochemistry, molecular biology and allied fields have provided especially impressive insight into the structures and functions of DNA, RNA and proteins, leading to such recent achievements as the sequencing of the human genome. In modern cell biology, proteins can be visualized using fluorescent protein fusions and knocked down by RNA-mediated silencing. Rapid progress in the life sciences continues as new technologies such as DNA deep sequencing, genome-wide expression profiling and mass spectrometry–based proteomics transform how biology is done. However, not all biological molecules and processes are within the easy reach of genetics or genomics. Glycans, lipids, small metabolites and myriad post-translational modifications are not encoded directly by the genome, making them challenging to study with traditional biological tools alone. Furthermore, many dynamic biological processes occur on short time scales not amenable to genetic or biochemical interrogation. Post-genomic science has set in sharp relief the need for new technologies that take aim at these molecules and processes. The field of bioorthogonal chemistry thus emerged from a perceived technology gap that rendered many biomolecules, initially glycans1,2, invisible to available probing strategies. Though considered a relatively new sector of chemical biology, bioorthogonal chemistry seeks to solve an old problem: finding a needle in a haystack. That is, among all of the molecular diversity inherent to cells and organisms, how can one type of biomolecule be singled out for analysis? In the 20th century, the monoclonal antibody transformed the biosciences as we had known them3. Antibodies are unrivaled in their ability to seek out a single molecular target among millions of distractions and bind with high affinity. But antibodies are not a panacea: they generally cannot enter live cells, restricting their use to the extracellular environment; they have poor tissue penetrance in animals; and they must be laboriously generated de novo for each new antigen. Thus, in addition to its aim to target new classes of biomolecules, bioorthogonal chemistry was a solution to the challenge of replicating the exquisite selectivity of antibody-antigen binding with a single covalent reaction among complementary functional groups. The term bioorthogonal chemistry refers to chemical transformations among abiotic reactants that can proceed in living systems (for example, cells or organisms) without interfering with, or interference from, the surrounding biological milieu. Devising such reactions presents a major and largely unfamiliar challenge to chemists, as most of us were trained that such offending substances as water and air can be excluded from our reactions, competing functional groups protected, catalysts added and temperature modulated. However, to be maximally useful in biological research, bioorthogonal reactions must proceed smoothly in water at physiological pH, temperature and pressure, provide good yield and reasonable kinetics at low reagent concentrations, remain inert to abundant biological nucleophiles, electrophiles and redox-active metabolites, and produce only nontoxic (or no) side products. The notion that single-target selectivity can be attained by covalent reaction in live cells was validated by groundbreaking work by Roger Tsien and co-workers in 1998, using bisarsenical-functionalized fluorescent dyes4,5 (Fig. 1a). They designed these abiotic molecules to react selectively with a tetracysteine motif that is genetically engineered into the protein of interest4,5. Although the term ‘bioorthogonal chemistry’ had not yet been coined, Tsien’s work sparked the imagination of chemists, who felt empowered to attempt covalent reactions in cells with entirely abiotic reactants. Notably, Tsien’s work also modeled what is now becoming a common theme in chemical biology—tool development motivated by specific biological problems. In this case, the challenge at hand was the perturbing effects that a large fluorescent protein fusion can have on an imaging target of interest. By contrast, the tetracysteine motif was a small addition to the target protein, with its bioorthogonality derived from the unique combination of natural amino acids that was virtually absent (we later learned) from mammalian proteomes. Subsequently, other groups have exploited such genetically encoded, orthogonal peptides by using engineered enzymes to covalently modify the tag, producing a useful chemical label6,7 (Fig. 1b). For example, elegant recent work with biotin ligase in a neuronal synapse model system8 demonstrated how © 2011 Nature America, Inc. All rights reserved. NATURE METHODS | VOL.8 NO.8 | AUGUST 2011 | 639 COMMENTARY | SPECIAL FEATURE O S HN H H NH NH2 H2NHN N N H H N N H H N OCH3 PPh2 FIAsH CCXXCC O HO HO HO OH HN O N3 O OH OH OH OH H O N O CO2 – HO O N3 HO OH As OH N3 O OH OH OH N3 S O O OH COOH S As S S O S HN H H NH BirA, biotin ATP QD605- streptavidin Metabolism Metabolism Aqueous buffer, pH 6.8 N N N O CoASH, acyl CoA synthetase N-myristoyltransferase OH Q O O O CO2H O O O O ManNAz Fluorophore-conjugated antibody Staudinger ligation metabolism PPh2 O O O O HO HO OH OH ( )11 O N H H N O ( )11 O N H H N O ( )11 Cu(I) N3 O OH F F OH OH F F O N O OH HO NH O Raman spectroscopy a d ef g b c O CO2 – O O N N N Figure 1 | Bioorthogonal reactions. (a) The biarsenical fluorescent dye FlAsH specifically reacts with target proteins genetically tagged with the tetracysteine motif4. (b) Small, genetically encoded peptide tags (red rectangle) can be specifically modified in or on live cells using engineered enzymes, such as the biotin ligase BirA6,7. Biotin-tagged target proteins can then be visualized by streptavidin-conjugated probes, such as quantum dots (QD605). (c) In an example of carbonyl condensations as a bioorthogonal method, unnatural, ketone-functionalized amino acids can be metabolically incorporated into proteins and then detected by reaction with a hydrazide-functionalized fluorescent probe (yellow star)11. (d) In an example of the Staudinger ligation, an azidosugar analog of N-acetylmannosamine (termed ManNAz) is used to metabolically label sialic acid residues on cell-surface glycoproteins. The azidosugar is detected by reaction with a tagged phosphine probe (orange rectangle) and visualized with an antibody to the tag2,21. (e) In an example of CuAAC chemistry, an alkynyl analog of myristic acid is metabolically processed to an acetyl coenzyme-A metabolite and then attached to protein N termini via N-myristoyltransferase17. The tagged protein can then be labeled via CuAAC using an azide probe (yellow star). (f) In an example of copper-free click chemistry, an azidosugar analog of fucose is metabolically incorporated into cell-surface glycans in live zebrafish embryos and detected by reaction with a fluorescent difluorinated cyclooctyne (yellow star)39,49. (g) DNA labeled with metabolically incorporated 5b-ethynyl-2’-deoxyuridine is visualized via direct Raman spectroscopic detection of the intact alkyne48. Katie Vicari these techniques can shed light on aspects of biology that would be difficult to investigate with conventional techniques alone.

Jumat, 09 Oktober 2015

KATA MUTIARA ISLAMI


Tidak salah mencintai orang entah siapapun, yang salah itu cara mereka bercinta

Allah tidak pernah kesulitan dalam menjodohkan orang. Jika memang kau ditakdirkan untukku. Tak akan ada yang bisa menghalangi, sekalipun halangan terbesar

Tidak ada orang bisa menjamin masa depannya sendiri, semua adalah ketetapan Allah. Tetapi aku tetap berdo’a semoga  ada kamu di sana

Jika engkau  mencintaiku, bantulah aku untuk terus mencintai-NYA , agar kita bersama-sama dalam cinta-NYA

Seorang mukmin tidak boleh dua kali jatuh ke dalam lubang yang sama. Tapi kali ini kujatuhkan hatiku pada hati yang sama setiap hari.

Aku menjauhimu bukan karna aku tak mencintaimu. Justru karna aku ingin menjaga kita dari jatuh ke dalam dosa

Ketika aku merindukanmu, bukanlah aku berusaha menemuimu, tapi do’a adalah jalan terbaik untuk itu

Jikalau engkau mencintaiku, janganlah aku yang kau dekati. Tapi dekatilah waliku

Sabarlah kita tak bertemu, kelak sekali bertemu kita di depan penghulu

Janganlah seorang hamba mengharap selain kepada Tuhannya. Jika kita ingin cinta ini selamanya, mintalah pada-NYA

“Ketika apa yang kau harapkan atas cinta  tak kunjung ada, janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang-ulang do’a, ketika Allah menunda ijabah do’a itu. Dialah yang menjamin ijabah do’a menurut pilihan-NYA padamu, bukan menurut pilihan seleramu. Kelak pada waktu yang dikehendaki-NYA, bukan menurut waktu yang engkau kehendaki”

Ketika kamu merasa ditinggalkan oleh semua orang, DIA adalah satu-satunya yang pasti tidak akan pernah meninggalkanmu

Gunakanlah syukur ketika engkau dicintai dan gunakan sabar ketika engkau dibenci

Kita hanya bisa berusaha, ikhtiar yang pada akhirnya Allah jua yang menentukan

“Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti akan menjadi kebencianmu.Dan bencilah kebencianmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti jadi kecintaanmu”

Senin, 28 September 2015

TAHUKAH KAMU SEMAKIN SERING MENKONSUMSI PERMEN, MAKA RESIKO PENURUNAN TINGKAT KECERDASAN SESEORANG AKAN TINGGI

Permen adalah salah satu jenis makanan instant yang hampir disukai di semua kalangan, baik anak-anak hingga dewasapun juga menyukai permen. Pada umumnya orang mengkonsumsi permen dengan maksud untuk memperoleh gizi makanan tersebut. Seseorang mengkonsumsi permen karena menyukai permen dan produk-produk sejenisnya sebagai fun food dan snack food. Karena produk-produk permen menyenangkan untuk dikonsumsi, tidak jarang orang mengkonsumsi dalam jumlah yang banyak sebagai penunda rasa lapar.
Tetapi tahukah engkau, dampak negatif yang akan muncul pada kesehatan jika kita mengkonsumsi permen secara berlebihan??? Jika kita berlebihan mengkonsumsi permen, maka tidak menutup kemungkinan kita akan mengalami gangguan pada sistem saraf, pertumbuhan fisik terhambat, gangguan reproduksi, peka terhadap penyakit infeksi, kelumpuhan dan kematian dini, serta dapat juga menurunkan tingkat kecerdasan anak karena mengandung logam timbal (Pb).
Pada permen dapat mengandung logam berat timbal (Pb) karena beberapa faktor, diantaranya yaitu: Pertama, dilihat dari faktor bahan dasar pembuatan permen (kembang gula) yang berbahan dasar gula pasir, air, serta sukrosa yang telah terkontaminasi oleh logam timbal (Pb). Gula pasir di Indonesia memiliki standar SNI No. 3547.1:2008 tentang syarat mutu gula dengan kriteria uji cemaran logam timbal (Pb) maksimal 2,0 mg/kg. Keberadaan logam berat timbal (Pb) pada air yang digunakan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan permen adalah maksimal mengandung 0,01 ppm. Kemasan plastik berfilm PVC yang dapat mengakibatkan migrasi dari kemasan menuju permen adalah mengandung logam berat dengan kadar maksimal logam timbal (Pb) adalah 100 ppm. Dalam plastik berfilm PVC yang berwarna hijau dan  kuning menggunakan tinta yang berbahan dasar pigmen seperti PbCrO4, PbSO4, dan PbO2 dengan kadar timbal yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan adanya migrasi atom timbal (Pb) selama digunakan sebagai media pengemas hard candy.
 Faktor lain penyebab adanya cemaran logam timbal (Pb) dalam permen adalah pada alat dan mesin produksi yang telah mengalami korosi baik yang telah mengalami korosi maupun karena efek dari penambahan zat aditif yang telah mengandung atau mengakibatkan cemaran logam dalam produk permen dapat mengakibatkan terjadinya korosif adalah asam organik, nitrat, oxidizing agent, atau bahan pereduksi, penyimpanan, suhu, dan  kelembaban.

Kadar logam timbal (Pb) tersebut dapat diketahui dengan melakukan sebuah penelitian kimia. Penelitian kimia terkait analisis kadar timbal (Pb) dalam permen dengan menggunakan metode destruksi basah konvensional. Agar hasil penelitian lebih memuaskan, maka digunakanlah variasi metode penelitian pada penggunaan larutan pendestruksi. Penelitian kimia ini dilakukan pada 5 jenis permen hard candy berkemasan plastik film PVC. Penggunaan kemasan plastik berfilm PVC juga dapat menyebabkan adanya migrasi unsur timbal (Pb) dari kemasan menuju ke produk permen. Hipotesa lain penyebab adanya timbal (Pb) dalam produk permen diantaranya adalah faktor bahan baku permen yang telah mengandung timbal (Pb), proses pengolahan permen dengan alat – alat produksi berbahan dasar logam dengan adanya pemanasan yang mengakibatkan adanya timbal (Pb) masuk dalam hasil olahan, serta zat-zat aditif dalam produksi permen baik pewarna, pengawet, dan lain sebagainya yang mengandung unsur timbal (Pb).
Sebuah penelitian kimia terkait cemaran timbal (Pb) dalam beberapa sampel produk permen ditunjukkan dalam tabel data hasil pengamatan berikut:
No
Kadar Terdeteksi Timbal (Pb) pada Jenis Sampel (mg/L)
A (Susu)
B (Kopi)
C (Asam)
D (Mint)
E (Mint dan asam)
2,113
2,067
2,03
2,15
2,13
 Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa produk-produk permen saat ini kurang baik untuk dikonsumsi karena mengandung cemaran logam timbal (Pb) yang sangat merusak kesehatan. Dari beberapa sampel di atas merupakan sampel dari beberapa produsen permen dengan jenis permen yang bervariasi. Hal itu secara umum menunjukkan kualitas permen di Indonesia secara umum.
Hasil penelitian The National Food Processor Association mengungkapkan, kehadiran partikel Pb merupakan salah satu sumber kontaminasi di dalam produk makanan atau minuman. Gejala dan tanda-tanda secara klinis akibat terpapar Pb yang toimbul akan berbeda. Timbal di udara yang dihirup manusia dapat menimbulkan gejala-gejala seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali dengan sembelit, mual, muntah-muntah. Sedangkan akibat akibat yang lebih seperti ssakit kepala, bingung atau pikirankacau, sering pingsan dan koma. Pada anak-anak nafsu makan berkurang, sakit perut dan muntah, bergerak terasa kaku, kelemahan, tidak ingin bermain, peka terhadap rangsangan, sulit berbicara dan gangguan pertumbuhan otak dan koma.
Keracunan Pb secara kronis berjalan lambat. Kelelahan, kelesuan, dan iritabilitas merupakan tanda awal dari intoksidasi Pb secara kronis. Dan paparan dengan dosis rendah sudah menimbulkan efek yang merugikan pada perkembangan dan fungsi dari sistem saraf pusat. Gejala lainnya adalah kehilangan libido, gangguan menstruasi, serta aborsi spontan pada wanita. Berbagai dalam rangka mencegah dan mengurangi pencemaran Pb. Upaya tersebut diantanya adalah dengan menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan atau minuman yang diduga m,engandung Pb misalnya keramik berlangsung, wadah yang dipatri atau mengandung cat, dan lain-lain.

Selain itu bahaya timbal pada balita dan anak anak adalah dapat menyebabkan gangguan belajar, pertumbuhan yang terhambat, hiperaktivitas, gangguan pendengaran, dan mungkin juga terjadi kerusakan pada otak, jika pajanannya besar. Jika diketahui secara dini efek tersebut dapat diminimalkan dengan menghentikan pajanan atau dengan terapi medis.
Yang mengejutkan ternyata timbal juga terkandung pada pembungkus makanan-makanan yang di konsumsi oleh anak-anak. Kemasan permen yang warnanya cukup ngejreng alias warna-warni kemungkinan mengandung timbal. Pada saat anak memegang bungkus tersebut, membukanya dan memasukkan permen dalam mulutnya, Saat itu timbal masuk ke dalam saluran pencernaan dan perlahan-lahan akan tertimbun dalam tubuh hingga kadar tertentu akan menimbulkan gangguan kesehatan pada anak anak. Termasuk makanan yang dibungkus kertas koran, karena tinta pada koran mengandung timbal.
   Oleh karena itu, mulai saat ini mari kita budayakan hidup sehat dengan memiliki pola hidup sehat. Lebih baik mencegah daripada mengobati, hidup sehat itu tidak harus mahal. Yang sederhana jika kita mengertti akan sebuah Dengan menjaga makanan yang kita konsumsi setiap hari. Kita budayakan 3M yaitu Mulai Dari Hal Yang Terkecil, Mulai Dari Diri Kita, dan Mulai Saat Ini.